
Menikmati sebuah nyanyian klasik memberikan kenikmatan tersendiri. Memberikan keteduhan untuk hati ini. Memanggil jiwa ini untuk tenggelam ke dalam alunan musik klasik ini.
Ya, saya Remaja Tampubolon yang telah lama berkecimpung di dunia Perbankan merasakan sebuah panggilan jiwa untuk kehidupan saya. Bagaikan sebuah magnet keajaiban di dalam tubuh ini, ia terus mengajak saya bercerita bahwa saya harus memasuki sebuah zona yang baru. Mulai memasuki tubuh saya sejak lama, namun pada akhirnya memiliki keberanian memutuskan jalan hidup saya di dunia training. Pertama-tama saya bukan apa-apa untuk menjadi seorang motivator. Tetapi saya terus belajar menapaki dunia saya yang baru.
Sebelumnya, setelah lulus kuliah sempat terpikirkan untuk berbagi ilmu menjadi seorang dosen karena ikatan dinas dari salah satu beasiswa yang saya dapatkan. Namun sayang sekali, langkah saya sempat terhenti untuk berbagi ilmu karena tawaran untuk bekerja di Perbankan.

Tawaran ini membuat langkah awal saya bekerja untuk menapaki pada dunia Perbankan. Saya menjalaninya dengan rasa yang nyaman 20 tahun. Tak pernah ada masalah yang berarti dalam perjalanan karir saya. Setiap bulan terbiasa dengan apa yang saya dapatkan. Hmm…. tapi rasanya masih ada sesuatu yang kurang ya? Saya pun mulai mencari-cari tentang hati saya yang sebenarnya.
Disaat itulah, hati saya kembali bertanya, “Apakah ini jalan saya sebenarnya?” yah saya memang sangat nyaman berada di Dunia yang telah membesarkan saya ini. Tetapi apakah ini kata hati saya yang sesungguhnya?
Kata hati saya pun mulai memberontak. Seolah ada kata hati yang mulai memanggil saya. “Hei, Jaja… bukankah lebih baik kau membagi ilmu yang kau miliki saat ini,” kata hati saya berkata demikian.
Ya, pada akhirnya saya memilih untuk meninggalkan dunia perbankan ini. Ya saya terlahir kembali dalam sebuah panggilan jiwa untuk berbagi pengalaman, energi, dan kemampuan yang saya miliki untuk meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia Indonesia. Ilmu pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman saya di dunia Perbankan mengantarkan saya untuk berbagi apa yang saya miliki.

Energi saya terpacu untuk berbagi ilmu, keahlian, pengalaman, cerita, untuk memberikan energi positif kepada para sahabat. Energi saya semakin membara untuk berbagi setiap harinya. Semua orang tentu akan mengalami hal yang sama jika “Sang Panggilan Jiwa” mulai mengusik hati kita ini.
Hati kita menjadi tidak tenang, gelisah dan berusaha untuk terus memikirkan. Tahukah sahabat, bagaimana sang panggilan jiwa ini mulai memasuki jiwa kita. Seperti saya, rasanya ingin selalu berbagi ilmu. Jika sehari saja tidak berbagi ilmu, rasanya jika ada satu hari tidak digunakan untuk mengajar ada saja hal yang kurang. Saya bahagia mengunjungi para sahabat di berbagai pelosok daerah hanya untuk satu kesempatan berbagi. Betapa luar biasanya panggilan jiwa yang saya miliki. Ia memberikan energi yang maha dahsyatnya di usianya saya yang hampir 60 tahun. Walaupun satu minggu, 7 hari saya mengajar di kota berbeda, saya sangat menikmati sekali.
Sahabatku, jika saat ini kita belum menemukan panggilan jiwa yang sesungguhnya, maka tak perlu dicari. Ia akan datang dengan sendiri. Ia akan mengusik hati kita untuk mengetahui apa panggilan jiwa yang sesungguhnya. Panggilan jiwa tidak hanya untuk pekerjaan saja, adapula yang berupa pelayanan, saling membantu, empati terhadap lingkungan. Severn Suzuki yang saat itu masih berusia 12 tahun di Tahun 1992, begitu luar biasanya ia menyerukan untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Ia memiliki panggilan jiwa untuk memperhatikan lingkungan. Pidatonya dikumandangkan pada Kongres terbesar saat itu.

“Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian sama seperti saya! Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan Ozon kita. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!” Ini adalah panggilan jiwa seorang Severn Suzuki di umurnya yang masih 12 tahun pada saat itu.
Mahatma Gandhi melakukan sebuah pelayanan kepada kemiskinan dan lingkungan karena panggilan jiwa yang membuatnya menjadi seperti itu. Mother Teresa, dengan hati yang tulus dan ikhlas juga melakukan pelayanan karena ia percaya bahwa ini adalah panggilan jiwanya.
Tidak ada kata terlambat untuk menjalankan apa yang menjadi panggilan jiwa kita saat ini. Jika kita bersungguh-sungguh untuk memenuhinya maka kita akan sangat menikmatinya.
Sahabat, jika sesuatu yang dikerjakan karena ini adalah suara hati kita, “Sang panggilan jiwa mulai memanggil anda” maka sudah waktunya anda untuk menaruh 100 persen hati anda karena panggilan jiwa ini. Ingatlah lakukan dengan sepenuh hati. Karena sang panggilan jiwa memanggil anda saat ini.
Salam Hangat,
Remaja Tampubolon
Comments