Kita sering mendengar istilah “Old is Gold”, kalimat yang menggambarkan apapun yang tua sama berharganya dengan logam mulia emas.
Budaya, tradisi, moment historik, penemuan arkeologi yang datang dari ratusan generasi sebelum kita, dianggap suatu hal yang langka dan patut dibudidayakan.
Namun, apakah semua yang Old adalah Gold? Walaupun zaman sekarang banyak style ‘jadul’ yang kembali trendy, seperti genre music dan fashion, ada juga yang diharapkan terus berkembang dan tidak mundur seperti teknologi.
Dunia berputar begitu cepat, yang dulu hanya imajinasi dan impian sekarang perlahan menjadi nyata. Cara-cara yang lama tidak lagi ampuh untuk menaklukkan zaman yang modern.
Dahulu kita harus kirim satu kalimat lewat pager untuk mengirim pesan, sekarang aplikasi pengiriman pesan di smartphone bisa mengirim pesan tanpa limit, foto, audio maupun video.
Namun selain teknologi, apalagi yang tidak jadi emas apabila ditinggal tua dan tidak berkembang? Proses adaptasi dan semangat juang.
Saya terinspirasi dari sebuah video yang saya lihat di media sosial, dimana sebuah perusahaan yang nyaris tutup diperhadapkan oleh situasi yang pelik, antara menyerah atau mencoba hal baru. Perusahaan interior design itu tidak mampu lagi meraih market yang bergerak dinamis, dan ini tercermin dari pegawai mereka yang (diperankan) para kolonial.
Hingga di sebuah meeting akhirnya sang bos memiliki ide untuk mempekerjakan seorang influencer muda yang berusia 20 tahun untuk membantu mengangkat kembali brand mereka dengan cara masuk ke trend yang disukai generasi muda. Pertentangan pun muncul dari para senior, mereka merasa cara paling ampuh adalah memasang iklan full page di koran.
Perdebatan pun terjadi, sang bos merasa akan sangat extra cost jika memasang iklan di koran terlebih saat ini orang-orang sudah tidak membaca koran. Tapi senior manager itu bersikeras bahwa cara tradisional itu adalah solusi.
Singkat cerita, akhirnya diberilah kesempatan influencer muda ini untuk melakukan dengan caranya. Ia hanya mengambil video dan after ruang kerja yang didekorasi, dan diupload ke media sosialnya. Hasilnya, telepon masuk bertubi-tubi, banyak orang yang ingin bekerjasama dengan perusahaan itu.
Realitanya, saat ini banyak bisnis yang menggunakan marketing strategi yang baru ini walaupun bisnis mereka sudah exist dari lama. Jika mereka mempertahankan kualitas produk yang sama baiknya, namun tidak beradaptasi dengan jaman, apa yang OLD yang mereka pertahankan akan mati, tidak menjadi GOLD.
Era ini, costumer menjadi jauh lebih demanding, kritis dan praktis. Ketika mereka mau sebuah produk, mereka ingin secepat klik mendapatkannya. Jika kualitas produk atau pelayanan tidak sesuai yang mereka inginkan, secepat jempol mengetik pula review akan mereka share di sosial media mereka.
Jika kita ketakutan akan perubahan jaman, jika kita takut mengambil resiko, jika semangat juang kita dan cara kita menjalankan bisnis tetap sama tahun ketahun, kita tidak akan tumbuh tua dan berharga seperti emas.
Eksistensi menjadi kata kunci di era digital. Kita dituntut untuk lebih mudah ditemukan tanpa dicari. Dan walaupun umur perjuangan kita belum ‘tua’ kita harus bisa dianggap selangka emas.
So, suka atau tidak, inilah realita. 2021 akan membuka era-era baru yang kita bahkan belum bayangkan. Jangan paksakan cara lama untuk bisa mendapatkan hasil yang baru. Untuk mendapatkan hasil yang anda belum pernah anda dapatkan, anda harus bersedia melakukan hal yang belum pernah anda lakukan.
Teruslah beradaptasi, teruslah perbaharui daya juang anda. Agar anda tetap bisa terus bersinar seperti emas.
Remaja Tampubolon
Comments