top of page
Search
  • Writer's pictureRemaja Tampubolon

Menjadi Pemimpin adalah Takdir, tapi menjadi Pemimpin yang Baik adalah Pilihan



Kalimat sederhana ini mengalir deras di benak saya ketika jumpa dan diskusi dengan seorang sahabat yang saya kagumi. Meskipun dengan latar belakang pekerjaan birokrat, dan tanggung jawab sebagai pimpinan lembaga negara di daerah, tapi pembawaan dan gaya beliau yang casual membuat saya makin kagum. Dan tidak jarang beliau menempatkan diri sebagai orang yang mau belajar.


Saya mengaminkan kalimat diatas, betul sekali. Menjadi pemimpin adalah takdir. Semua orang memiliki kapasitas memimpin, minimal memimpin diri dan memimpin keluarga. Namun, menjadi pemimpin yang baik, tidak semua bisa dilakukan pemimpin. Ada pemimpin yang begitu dihormati karena kemampuan mempengaruhi orang lain dengan pendekatan personal, ia mengenal setiap orang yang ada di organisasinya. Namun ada juga pemimpin yang datang langsung membawa gebrakan. Maunya merubah banyak hal.


Kecenderungannya ketika memimpin, seseorang mempertahankan egonya, keinginannya dan kemauannya. Tidak mau disangkut pautkan dengan kepemimpinan sebelumnya. Dengan alih ingin membawa perubahan, ia berusaha membuat sesuatu yang beda, yang baru dan kadang-kadang hal ini hanya demi melegitimasi upaya meninggalkan jejak (legacy). Dalam literasi tertentu, hal itu disebut dengan "Legacy Trap".


Tidak salah jika pemimpin berpikir jauh kedepan, memikirkan apa yang ia bisa ditinggalkan di tempat ia memimpin saat ini. Ada keinginan yang kuat membuat sebuah karya yang akan dikenang ketika ia tidak lagi menjabat.

Namun apakah hal ini menjadi mutlak? apakah hal ini benar-benar lingkungan dan orang-orang terdekatnya butuhkan? Atau sekedar sensasi dan egoistis pribadi.


Kadang, pemimpin tidak bisa memisahkan hasrat pribadi dalam gaya memimpinnya. Merasa bahwa ia telah ditunjuk, dinobatkan, diberikan kepercayaan, lalu mau semua orang mengikuti maunya.

Enggan dan menolak masukan dari tim, merasa apa yang dilakukan adalah cara paling tepat dan benar. Dan bisa jadi, tidak mau tau pemimpin ini merusak harmonisasi organisasi yang sebelumnya sudah terbentuk.

Pemimpin yang baik.

Pemahaman "Baik" dalam ranah kepemimpinan bukan berarti pemimpin yang menyenangkan semua orang, atau pemimpin yang suka bagi-bagi hadiah. Tetapi memimpin yang memfasilitasi dan membawa timnya lebih berdaya guna. Ingat, semakin tinggi kepemimpinan, semakin tinggi kualitas people skill yang dibutuhkan. Karena PR terbesar pemimpin adalah manusia. Ia bekerja mencapai goalnya dengan manusia.


Kebanyakan orang meninggalkan perusahaan bukan karena mereka gagal menjalankan pekerjaan, tetapi karena mereka tidak cocok dengan pimpinan mereka. Dan bahkan riset PWC tahun 2019 memaparkan bahwa lebih dari 70% responden memilih keluar kerja karena mereka tidak suka dengan kepemimpinan dari leadersnya.

Sebuah perusahaan startup di Amerika baru-baru ini diterpa gelombang resignation massal karena pemimpin mereka menerapkan pola kerja yang karyawan mereka tidak sukai. Dan berita negatif ini berdampak buruk bagi perusahaan itu, nilai sahamnya langsung "terjun payung", kepercayaan konsumen menurun dan akhirnya para investor pun kehilangan kepercayaan.


Sangat jelas, contoh-contoh diatas menggambarkan bahwa kepemimpinan adalah tentang people skill.

Jika anda seorang pemimpin tapi di meja anda masih menumpuk kertas-kertas, sepertinya orientasi anda belum tepat, karena Leaders leads people, not papers.


Bagaimana Menjadi Pemimpin yang Baik?

Tidak ada rumus pasti, tidak ada formula yang bisa diterapkan disemua orang. Anda sebagai pemimpin harus mau mencari tahu. Tapi satu hal, jika saya boleh kasih saran. Mulailah dari menguasai people anda, mulai dari lingkaran terkecil anda. Ajak bicara orang-orang terdekat anda. Cari tahu apa ekpektasi mereka dengan kepemimpinan anda.

Berempatilah, hargai setiap orang yang ada di lingkaran anda.

Sekali lagi saya garis bawahi. bahwa baik bukan tentang bagi-bagi hadiah, bonus, naik gaji atau sebagainya. Semua itu adalah pemanis saja, dan jika anda lakukan itu tidak akan bertahan lama. Anda perlu menyentuh mereka dari sisi humanitas. Bawa mereka mendekat ke mimpi mereka. Fasilitasi, dorong, dan bentuk mereka menjadi seperti apa mimpi mereka.

Jangan hanya kencang di target.. mana ini, mana itu, mana hasilnya? Tapi juga kencang lah di apresiasi. Mereka adalah sebaik-baiknya orang yang akan membantu anda mencapai tujuan anda.


Berikan senyuman, candaan, dan bahkan sekedar tepukan bahu, membuat mereka lebih berarti. Saya ingat betul salah satu mentor saya di dunia perbankan mengatakan; Anda bisa mencapai target dengan 2 hal: Memaksa seluruh tim mencapai target dan menghukum setiap orang yang gagal mencapainya, atau mengajak semua orang memiliki mimpi dan menjadikan perusahaan kendaraan mencapai tujuannya. Sebagai pemimpin anda dibekali dengan kewenangan, memindahkan orang, mutasi, atau menghentikan mereka bekerja. Pertanyaannya, apakah anda bisa memimpin organisasi dengan cara itu? apakah anda bisa mendorong pertumbuhan perusahaan jika hanya ancam mereka?


Yuk, mulai jadikan People of Center Organization. Menempatkan tim dan karyawan anda sebagai tujuan anda dihadirkan memimpin. Maka otomatis, target dll akan mengikut. Terima kasih sahabat yang telah berbagi insipirasi ini, menguatkan saya untuk bisa lebih mengajak banyak orang untuk menjadi pemimpin yan baik.

Ubah dari "AYO" menjadi "MARI" Ubah dari "ASKING" menjadi "HELPING" Selamat memimpin, Remaja Tampubolon







327 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page