Covid has the courage to challenge me. Bad idea.
Kelakar Zlatan Ibrahimovic lewat Twitternya yang kemudian menjadi viral. Zlatan Ibrahimovic memang pesepakbola dengan tingkah yang bisa saya katakan cukup nyeleneh dan cenderung sombong, tapi ya itulah Zlatan.
Bagi mereka yang tahu Zlatan hal ini tidak aneh. Zlatan dikenal sebagai striker yang tinggi besar, dan dia juga mahir dalam olah raga bela diri, dia pemegang sabuk hitam taekwondo.
Apa yang dikatakan Zlatan mengenai Covid menarik untuk saya kupas dari opini saya, Zlatan bereaksi diluar nalar kita, dia menulis ditwiiternya Covid memiliki keberanian untuk menantang saya. Ide buruk. Tulisan ini menjadi viral dan banyak direspon oleh para follower Zlatan Ibrahimovic, dan bahkan ada yang menanggapi dengan tidak kalah menariknya “Covid dinyatakan positif terinfeksi Zlatan. Covid harus mengisolasi diri selama dua minggu setelah tertangkap Zlatan”.
Offense is the best defense.
Pada saat krisis respon kebanyakan orang adalah cari selamat dan cari aman, atau paling tidak fokus pada bertahan. Mereka semampu mungkin menghindari resiko merugi, apalagi sampai tutup bisnis. Krisis pun diangap sebagai ancaman, suatu bentuk situasi yang merusak, seperti angin topan yang melintas, sebisa mungkin semua orang diminta berpegangan dan bersembunyi di bunker.
Alhasil, fokus pada bertahan akan membuat seluruh sumber daya membentengi diri dari ajakan adaptif. Orang yang berfokus cari aman tidak akan tertarik dengan kata inovatif. Mereka fokus pada satu hal, bagaimana kami selamat dan tidak terdampak krisis.
Kata-kata inspirasi seperti momentum untuk perbaikan, waktunya berubah, mencari peluang bisnis baru dll, tidak akan nempel dibenak mereka, intinya adalah BERTAHAN. Mereka percaya dengan bertahan mereka akan selamat.
Kaisar Perang asal Tiongkok Sun Tzu dalam bukunya The Art of War memberikan pemahaman bahwa strategi perang terbaik adalah dengan bertahan. Memaksa musuh mengeluarkan semua amunisi dan jurus terbaiknya, hingga satu titik mereka akan dipengaruhi oleh physiology mereka sendiri, dan itulah saat yang tepat untuk membalikan keadaan.
Jika mengadopsi strategi bertahan disituasi krisis seperti pandemi ini, maka sebuah organisasi bisnis haruslah memiliki cadangan sumber daya yang melimpah, karena tidak ada yang tahu kapan semua ini berlalu. Dan perlu dipahami, kemampuan bertahan setiap orang diorganisasi tidaklah seragam. Mereka yang rentan adalah orang-orang yang ada dilevel pelaksana dan staf, dan jumlah ini mendominasi dalam struktur organisasi. Dan ini akan menggerus perusahaan dari dalam.
Lalu jika bukan bertahan, lantas apa strateginya? Menyerang?
Ya, menyeranglah dengan perhitungan.
Bergeraklah dengan melihat sekitar, perlahan tapi maju, yang penting ada tindakan.
Krisis pandemi memukul banyak sektor, tidak hanya korporasi tetapi juga mereka yang menjadi pelaku usaha mikro. Daya beli menurun, modal tergerus, preferensi masyarakat berubah, semua itu dialami semua orang.
Kita tidak bisa selamanya mengurung diri atau bersembunyi dari keganasan pandemi, atau kita berteriak mengutuk dan memaki keadaan, toh tidak ada yang berubah.
Satu hal yang bisa lakukan adalah Ikuti Pola Permainan yang sedang berlangsung.
Seperti pertandingan sepak bola, sang pelatih dan seluruh pemain tidak akan hanya mengandalkan strategi yang sama disetiap pertandingan, selalu ada perubahan, tidak selamanya bertahan, dan tidak selamanya menyerang. Bertahan atau menyerang, tujuannya satu yaitu menang, berhasil mencetak gol, dan tidak kemasukan gol.
Permainan yang sedang saya rasakan sekarang adalah ajakan untuk menyerang, semua lembaga negara, perusahaan BUMN dan swasta diajak untuk membalikkan keadaan ekonomi kita. Ajakan ini harus kita sambut, saatnya sama-sama menyerang.
Saatnya kembali membuka toko, membersihkan kembali lapak anda, menyapa kembali pembeli-pembeli yang dulu sempat mampir. Jangan lagi berkutat dengan ketakutan, yang hanya mempertebal mental miskin kita.
Kita tidak boleh kalah dengan pandemi, pandemi boleh membuat usaha saya tutup, tapi tidak menutup hasrat saya untuk berusaha.
Tapi strategi menyerang kita haruslah ciamik, jangan asal gempur, harus ada analisa dan tentu saja kesehatan menjadi prioritas.
Tetap bergerak namun dengan kesadaran,
Kita bukan Zlatan lho
Salam
Remaja Tampubolon
Comments