Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di lepas pantai Asia Tenggara - Desember 2004 - telah menewaskan lebih dari 285.000 orang, 185.000 di antaranya meninggal di provinsi Aceh. Rumah dan orang orang terkasih tersapu oleh air.
Di California, seorang pedagang harian Roy Van Broekhuizen (lahir di Indonesia) memutuskan berangkat ke Aceh memimpin tim bantuan tsunami ke Indonesia.
Kenangan mayat, kehancuran, kekacauan, bencana, ketidak berdayaan dan banyak lagi akan tetap ada di benaknya selamanya. Menangis di atas mayat, membalut yang terluka dan bekerja dengan orang orang untuk membangun kembali kehidupan yang compang camping. Perjalanan pertama ke Banda Aceh itu telah mengubah hidup Roy selamanya. Dalam perjalanan kedua Roy ke Banda Aceh (Juni 2005), istrinya Louise memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan bergabung dengan Roy dalam upaya bantuan.
Dalam perjalanan itu, Louise diperkenalkan dengan sebuah toko kerajinan kecil yang dipenuhi dengan tas tangan dan aksesoris cantik yang telah dijahit pada mesin jahit pedal kuno, tanpa listrik, bordir yang dipandu dengan pola tradisional Aceh yang diturunkan secara turun temurun, generasi ke generasi. Kisah itu menyentuh dan merenggut hatinya. Ia terus mengumpulkan cukup dana untuk kembali dan membeli lebih banyak karya seni yang menakjubkan ini.
Kemudian muncul ide,
“Ini bisa menjadi cara sempurna untuk memberi dampak pada banyak kehidupan baik di Aceh maupun di Amerika Serikat dan terutama bagi para penyintas tsunami. Saat itulah LAGA Handbags lahir. Dalam bahasa Aceh LAGA (K) artinya “Indah”.
Pada perjalanan mereka berikutnya, Roy dan Louise menggunakan dana yang mereka kumpulkan untuk menyewa bengkel bagi dua belas wanita yang telah kehilangan segalanya.
Tujuan mereka adalah membantu mereka membangun kembali kehidupan dan komunitas mereka, melatih mereka membuat tas tangan dan aksesori berkualitas yang dapat dihargai oleh wanita di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
留言