top of page
Search
Writer's pictureRemaja Tampubolon

Ketakutan dan Harapan




Halo sahabat,


Tidak terasa kita sudah melewati setengah perjalanan dari tahun 2021, kini ada 4 bulan didepan kita mengakhiri tahun ini dan memasuki tahun baru 2022.


Apa yang teman-teman rasakan sejauh ini?

Senang? Terkejut? Bingung atau Takut?


Sampai dengan hari ini kita memang belum bisa lepas dari gelombang pandemi yang melanda negeri ini. Dan ini membuat perasaan campur aduk ketika memikirkan masa depan, karena tidak ada satu pun dari kita yang bisa memastikan apa yang akan terjadi bahkan dalam 1 jam kedepan.


Bayangan kekhawatiran memang terasa tebal, khususnya dalam beberapa minggu terakhir ini, beberapa dari kita merasakan duka yang mendalam, ada keluarga dan kerabat yang berpulang terlebih dahulu. Berita duka silih berganti masuk, kaget, karena begitu cepatnya Tuhan memanggil mereka.


Kita dihantui rasa cemas, kuatir dan sedih, yang membuat harapan yang ada dalam diri kita seolah menghilang.


“Saya harus bagaimana lagi?”

“Usaha yang saya baru mulai harus tutup, saya mesti bagaimana?”

“Kenapa harus saya?”


Ribuan pertanyaan membuat diri berontak, tidak terima, dan merasa apa yang dialami adalah sebuah hukuman dari Sang Khalik. Semua ini jika terus dibiarkan akan menarik anda semakin dalam ke rasa takut dan tenggelam dengan semua ketidakpuasan.


Ketakutan bersumber dari kecemasan.


“Pak, bagaimana kalau PPKM diperpanjang lagi, anak-anak mau makan apa?”

“Pak, Si A terpapar, kemarin sempat main sama anak kita, aduh jangan-jangan..?”


Tanpa kita sadari rasa cemas yang kita ciptakan dalam pikiran kita membuat kita menjadi takut. Kecemasan ini mendominasi pikiran kita yang membuat kita tidak bisa melihat hal-hal baik.

Kecemasan yang kita ciptakan dari bayangan kekhawatiran inilah yang harus benar-benar dilawan, kita tidak bisa menghilangkan rasa takut, karena itu adalah bagian dari emosi, tetapi yang bisa kita lakukan adalah mengontrolnya.


Ada teman saya yang senang sekali nonton film horror. Katanya ‘dikejutkan’ itu sensasinya seru. Apalagi disaat apa yang menghantuinya itu tidak terlihat, katanya itu jauh lebih seru. Disaat saya tanya, apa dia tidak takut, dia “Gak juga sih.. kan buatan, tidak nyata.”

Hal ini membuat saya sadar bahwa ternyata, untuk bisa merasakan “takut”, dibutuhkan energi dan imajinasi yang besar. Ada yang proses penciptaan dalam pikiran kita. Sesuatu yang tidak nyata atau tidak terjadi saat ini namun kita ‘takutkan’ akan terjadi di masa depan.


Apakah takut itu perlu? Perlu. Untuk waspada dan berjaga jaga.

Apakah takut bisa menghambat perkembangan diri? Tentu, karena bisa jadi tidak berani mengambil langkah.

Tapi apakah yang kita takuti itu bisa dihadapi? Tidak. Bagaimana bisa dilawan jika tidak ada wujudnya? Bagaimana kita bisa menghadapinya kalau tidak nyata?


Seperti film horror, walaupun kita tidak nyaman dengan rasa takut, tetap saja diciptakan.

Tetap saja pikiran kita memberi asupan negatif bahkan disaat sekitar kita juga sedang tidak baik-baik saja.

Kita mudah terjebak dengan kekhawatiran akan masa depan, sehingga nampaknya pikiran kita hanya memproduksi ketakutan-ketakutan yang sebenarnya tidak nyata, bayangan airmata, isak tangis, menjadi sekenario yang kita rancang, sampai kita lupa membuat sekenario dengan cerita penuh rasa bahagia, penuh semangat, penuh perjuangan dan harapan.


Padahal, kekuatan pikiran kita itu luar biasa.


Harapan Sumber Kekuatan Jiwa.



Bagaimana melawan rasa takut? Perbesar harapan.

Harapan adalah suplemen jiwa yang paling baik, harapan memberikan rasa hangat yang menyelimuti jiwa dan membuat diri ini memiliki arti. Disaat ada harapan, disana ada daya juang. Dan disaat ada daya juang, disana juga ada kehidupan.


Tugas kita adalah mengisi pikiran kita dengan harapan-harapan setiap kali ada kecemasan yang bergumul, bangun narasi dan afirmasi positif; “Ini pasti berlalu”, “Saya pasti kuat”, “Semua ini hanya sesaat”.


Apakah harapan cukup? Tidak, anda harus melengkapinya dengan tindakan. Karena jika anda hanya menumpuk harapan dipikiran, itu hanya menjadi imajinasi. Dan imajinasi ini pun jika terlalu berlebihan, akan merusak diri kita.


Disaat aksi kita disertai pengharapan, pikiran kita akan fokus untuk terus berjuang, terus mencoba, dan tidak menyerah. Hal ini membuat rasa takut yang besar, terasa lebih ringan setelah masa sulit dijalani.

Tidak mudah memang mengambil langkah disaat kita bertarung dalam kekawatiran. Tetapi ketakutan itu terasa semakin besar jika kita tidak melakukan apa-apa.


Anda jauh lebih kuat dari apa yang anda hadapi.

Berikan penghargaan kepada diri anda yang sudah berulang ulang kali merasa takut namun tetap bisa bertahan dititik sekarang, belum tumbang.


“Hari esok akan lebih baik, ayo coba lagi.” “Mungkin tawaran yang selanjutnya akan diterima, ayo coba lagi.”

“Masih ada waktu belajar untuk kesempatan berikutnya, ayo coba lagi.”


Langkah kecil yang anda ambil setiap hari untuk melawan perasaan takut itu, akan membawa anda ke tujuan, perlahan tapi pasti.


Mari fokuskan energi untuk hal-hal yang bisa kita atur, dan izinkan semesta mengerjakan sisanya. Sudah ada rejeki, masa depan, dan berkat yang disiapkan untuk kita.

Mari menjemputnya dengan penuh pengharapan.

Mari saling menguatkan satu sama lain!


Masa sulit ini akan berlalu segera..


Salam penuh harapan, Remaja Tampubolon

358 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page