Batik bukan sekedar busana yang kita pakai namun ada filosofi indah yang memancar dari setiap garis warna yang ada didalamnya dan itu semua merupakan garis garis kehidupan, selayaknya kehidupan yang kita jalani. Kisah dibalik batik, adalah sebuah alegori kehidupan.
Kata “Batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa : “Amba” yang bermakna menulis, dan “Titik” bermakna “titik”. Kehidupan kita ibarat sedang menuliskan sebuah karya, sampai kita mencapai sebuah titik akhir kehidupan yaitu kematian.
Karya yang pernah kita alirkan dari mulai kehidupan hingga kematian mungkin pernah dilalui dengan kesuksesan. Setelah sukses, kemudian gagal lagi. Hidup ternyata bagai putaran roda yang tak berdiam di sebuah titik. Semua memang ada waktunya. Ada waktu untuk bernafas (hidup), ada waktu untuk berhenti bernafas (mati). Ada waktunya gagal, ada waktunya sukses. Ada waktunya sedih, ada waktunya bahagia. Ada waktunya siang, ada waktunya malam. Ada waktunya tertawa. Ada waktunya menangis. Ia datang silih berganti tak bisa kita campuri keberadaannya. Hadapi saja dengan KEBERANIAN.
Dengan berani anda akan diajak pada sebuah zona berpikir lebih dalam untuk menemukan bahwa sukses bukanlah tujuan namun sebuah perjalanan. Ketika kita sampai pada sebuah titik tertinggi dalam kehidupan, kita akan tetap memiliki kesadaran bahwa kita bukan siapa-siapa. Kesadaran bahwa apapun yang kita terima bukanlah semata-mata karena kekuatan kita, namun ada campur tangan dari tangan Sang Pencipta dan ada campur tangan dari orang orang disekitar kita. Dengan kesadaran ini, ego kita menjadi tak kuasa untuk menguasai pikiran dan perasaan kita.
Sebaliknya, ketika kita sampai ke sebuah titik terlemah, bukan berarti kita tidak punya kekuatan. Justru kekuatan sebenarnya ada pada titik itu. Beberapa dari kita pernah sampai pada titik ini. Jatuh ke dasar jurang kegagalan. Saat itu, mungkin kita merasa bahwa kita bukan siapa siapa. Kita hanya tau, bahwa titik pasrah yang paling dalam adalah solusinya. Yang paling penting adalah, kita terus bergerak dan bergerak untuk mengubah keadaan. Tidak perduli bagaimana hasilnya nanti. Saat itulah, tubuh terasa ringan. Melayang. Segala energi justru muncul untuk menemukan solusi dari persoalan yang menggelayuti. Bahkan di tengah masalahpun, kita tetap BERANI mengambil sikap positif yang mungkin sulit dilakukan.
Sukses tidak harus selalu menjadi orang paling hebat, paling pintar, paling jago. Kita terima apa yang sudah menjadi kodrat dan takdir kita. Kita akan merangkul kelemahan kita, sekaligus kekuatan kita. Terjebak dalam pola “membanding-bandingkan” diri kita dengan orang lain, justru membuat kita masuk pada putaran labirin yang tidak ada akhirnya. Kita akan kehilangan kenikmatan dalam memaknai proses yang ada.
Sedikit saya petik dari Buku BATIC yang saya tulis bersama dengan 3 rekan motivator hebat.
BATIC adalah buku sederhana yang akan menyederhanakan hidup kita. Kita akan sama-sama belajar untuk bersikap apa adanya dengan apa yang terjadi. Jika mendapatkan kebahagiaan, tidak terlalu bahagia. Jika mendapatkan kesedihan, tidak larut dalam duka. Kerena apa yang kita miliki akan tiada. Cepat atau lambat akan berlalu dari hadapan kita. This too shall pass. Yang paling penting adalah kita tetap berpegang pada nilai nilai dan filosofi BATIC (Be Brave, Action Oriented, Totality, Integrity, Commitment to Excellence).
Jabatan yang kita rangkul saat ini. Kecantikan dan ketampanan yang melekat diwajah kita. Kemewahan fasilitas yang mengisi keseharian kita. Semua pasti akan berlalu. Atau mungkin saat ini kita sedang bersedih hati dan penuh kesedihan, nikmati saja kesedihannya. Inipun akan berlalu.
Seperti sebuah ungkapan :
Don’t judge life by one difficult seasons. Don’t let the pain of one seasons destroy the joy of all the rest
Selamat Hari Batik Nasional 2024
Salam hangat,
Remaja Tampubolon
Commentaires